الْحَمْدُ
لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ
الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ
وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
Hadirin jamaah jum’at
rahimakumullah
Marilah
kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, karena taqwa adalah kunci kesempurnaan dunia maupun akhirat,
dengan taqwa semua akan menjadi indah mpurna, karena Taqwa adalah bekal yang
paling sempurna, pakaian yang paling baik, dan orang yang paling mulia disisi Allah
adalah mereka yang paling bertaqwa.
Hadirin
rahimakumullah
Allah
SWT berfirman dalam QS At-Taubah: 128
لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya : “sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap
orang-orang mukmin.”.
Ayat
ini setidaknya mengungkap 4 (empat) hal. Yang Pertama, Allah menurunkan risalah
kepada umat manusia melalui sosok mulia yang juga manusia, bukan jin ataupun
malaikat yang sukar dijangkau. Hal ini mengandung hikmah untuk memudahkan umat
manusia dalam meneladani sosoknya. Nabi Muhammad SAW adalah
figur yang sangat dekat dengan umatnya, memahami dan sanggup berkomunikasi
(berbahasa) secara baik dan santun
dengan sasaran dakwahnya.
Yang Kedua, Rasulullah memiliki perhatian yang amat tinggi
terhadap penderitaan umatnya. Beliau memberi teladan kepemimpinan yang tidak
memberatkan. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengaitkan kalimat ‘azîzun
‘alahi mâ ‘anittum dengan dua hadits : بُعِثْتُ
بِاْلحَنِيْفِيَّة السَّمْحَة
“Aku (Muhammad SAW) diutus untuk membawa agama
yang lurus dan toleran.” Dan إِنَّ هَذَا الدِّيْنَ
يُسْرٌ “Sesungguhnya agama ini (Islam) adalah kemudahan.”
Dengan bahasa lain, Rasulullah samasekali tak menghendaki adanya hal-hal yang
menyulitkan umatnya, bahkan untuk urusan ibadah sekalipun.
Hadirin jamaah jum’at
rahimakumullah
Yang ketiga, Nabi
juga merupakan sosok yang sangat menginginkan keselamatan dan kebahagiaan bagi
umatnya. Menunjukan jalan
hidayah dan kemaslahatan bagi umatnya baik di dunia maupun di akhirat. Beliau
mendorong adanya proses kesadaran ilahiyah dalam setiap hembusan nafas manusia, juga
tersingkirnya mudarat atau kerugian bukan hanya secara duniawi tapi juga
ukhrawi. Dan yang Keempat, ayat tersebut menegaskan
tentang sifat Nabi yang raûf (welas asih) lagi rahîm (penyayang)
kepada umatnya. Kita tahu bahwa dua sifat itu adalah bagian dari 99 asmaul
husna. Ini sekaligus menunjukkan keistimewaan derajat Nabi Muhammad SAW. Dua nama indah Allah
dilekatkan pada diri beliau. Rahmat
atau kasih sayang tersebut mewujud dalam karakter kepemimpinan Rasulullah yang
tidak kasar menghadapi masyarakat. Beliau juga gemar memaafkan dan memohonkan
ampun ketika umatnya berlaku salah, bersedia bermusyawarah, dan bertawakal kala
tekad sudah bulat.
Hadirin
rahimakumullah
Demikianlah karakter kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang kita yakini sebagai teladan paling ideal bagi umat manusia. Allah SWT berfirman : QS. Al-Ahzab : 21
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah.
Semoga kita semua mampu menyerap pelajaran dari watak
pemimpin agung kita tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى
جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ