اَلحَمْدُلِلّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ, اَحْمَدُهُ عَلَى
صُنُوْفِ نِعْمُهِ. اَشْكُرُهُ عَلَى
خَيْرِالْقَدْرِ وَشَرِّهِ. وَاسْتَزِيْدُهُ مِنْ
جَزِيْلَ عَطَائِهِ وَبِرِّهِ. اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ
اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً مَنْ اَوْجَدَهُ بَعْدَ عَدَمِهِ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَخِيْرَتُهُ مِنْ بَرِيَّتِهِ, اَلْمَخْصُوْصُ
بِوَحْيِهِ وَرِسَالَتِهِ. اَللَّهُمُ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
المُوْفِيْنَ بِعَقْدِ ذِمَّتِهِ وَاِيْمَانِهِ.اَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَّقْوَى اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Kaum Muslimin Sidang Jum’at
Rahimakumullah
Marilah kita jadikan pertemuan kita di tempat
yang mulia ini, di hari yang mulia ini, dan di waktu yang mulia ini, sebagai
penumbuh dan penambah iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Karena iman dan takwa adalah
sebaik-baik bekal kita untuk mengharungi kehidupan dunia ini sebelum kehidupan akhirat kelak.
Kaum Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah
Sudah menjadi ketentuan di dalam kehidupan,
bahwa kita sebagai makhluk diberikan dua potensi oleh Sang Khaliq, yaitu
potensi fujur (kecenderungan berbuat maksiat dan dosa) dan potensi takwa. Dua
keniscayaan yang sangat berpengaruh terhadap gerak dan langkah kita, terhina
dalam kubangan dosa karena fujur yang terpelihara di dalam diri kita, atau
kebahagiaan yang tiada tara dan tiada hingga karena takwa yang senantiasa
terjaga dalam jiwa dan raga kita. Begitulah manusia dengan fitrahnya.
Potensi yang terdapat pada diri seorang hamba
itulah yang kemudian berkembang dari hari ke hari, mulai dari perkembangan pada
individu maupun perkembangan secara sosial. Bersyukurlah kita, apabila yang
berkembang di dalam diri setiap individu adalah ketakwaan yang akan berpengaruh
positif bagi kehidupan. Sebaliknya, hanya
kepada Allah ‘Azza wa Jalla kita mampu berlindung ketika yang berkembang pada
diri setiap individu adalah sifat fujur yang akan tampak melalui
kemaksiatan-kemaksiatan yang menodai kehidupan kita. Karena sesungguhnya
kemaksiatan itu hanya akan memurukkan kita ke dalam lembah kahinaan dan
kenistaan. Ia akan menjadikan kita menjadi sesosok hamba yang tidak berharga di
hadapan Sang Khaliq maupun makhluk. Kemaksiatan juga yang akan
memporak-porandakan kehidupan yang semestinya kita hiasi dengan ketakwaan.
Kaum
Muslimin Rahimakumullah
Implikasi dari
kemaksiatan yang dilakukan dalam kehidupan sesungguhnya akan sangat berpengaruh
dalam keseharian kita, baik pengaruh yang dirasakan oleh individu secara
langsung maupun pengaruh di tengah kehidupan masyarakat banyak. Ada banyak
pengaruh yang cenderung dirasakan oleh mereka yang membiasakan dirinya larut
dalam kemaksiatan. Pengaruh ketika mereka dikucilkan di tengah-tengah
lingkungan dan pengaruh ketika mereka menghadapi konflik dalam bathin mereka
karena keringnya ruh yang berintraksi deng Tuhan. Begitulah kemaksiatan
berpengaruh dalam kehidupan. Dimulai dari kerugian tidak mendapat ilmu, tidak
mendapat rezeki, kerisauan dan kesepian hati, kegelapan di dalam hati,
melemahkan hati dan badan, mengurangi umur dan mengikis berkah, dan yang paling
jelas tampak pada diri seorang pelaku maksiat adalah kehilangan ketaatan yang
membuat mereka lupa dengan posisinya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt. Jika
kondisinya demikian, maka kehancuran dan kebinasaan lebih dekat kepada dirinya
daripada tangan dan mulutnya sendiri.
Hadirin
Sidang Jum’at Yang Dirahmati Allah
Akibat dari maksiat sesungguhnya menjadi sebuah
momok yang menakutkan bagi seorang hamba, namun kenikmatan sesaat dalam
melakukan kemaksiatan kadang menjadikan pelaku maksiat terbuai dan lalai dalam
kehidupannya. Hal yang paling utama digerogoti oleh kemaksiatan adalah
keimanan. Keimanan akan menurun bahkan hilang sama sekali disebabkan oleh
kemaksiatan. Ketakutan terhadap ancaman-ancaman Allah hilang seketika dan
berganti dengan pesona-pesona kenikmatan dunia yang menjadikan mereka menjadi
makhluk hina. Tidak hanya cukup sampai di situ, tetapi Allah melaknat mereka
dengan kematian hati mereka. Apalah artinya hidup ini, jika kita hanya menjadi
seonggok daging yang berjalan di permukaan bumi ini dengan ketiadaan iman dan
matinya hati menjadi keras membatu. Allah berfirman dalam surat Al-maidah ayat
13 yang berbunyi :
فَبِمَا نَقۡضِہِم مِّيثَـٰقَهُمۡ لَعَنَّـٰهُمۡ
وَجَعَلۡنَا قُلُوبَهُمۡ قَـٰسِيَةً۬ۖ يُحَرِّفُونَ ٱلۡڪَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦۙ
وَنَسُواْ حَظًّ۬ا مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِۦَۚ
“Tetapi mereka melanggar janjinya, maka kami melaknat mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman Allah dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.
“Tetapi mereka melanggar janjinya, maka kami melaknat mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman Allah dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.
Hadirin
Rahimakumullah
Sesungguhnya kerasnya hati menjadi keras
membatu merupakan implikasi dari kekotoran hati para pelaku maksiat. Kekotoran
hati itulah yang kemudian menjadikan mereka tidak lagi mengenal dan menyeru
kepada kebaikan dan tidak pula menjadikan mereka mengingkari kemungkaran.
Karena itu, Allah memberikan hukuman atas kelupaan mereka dengan dua hukuman.
Pertama, Allah melupakan mereka. Kedua, Allah menjadikan mereka lupa diri.
Hadirin
Sidang Jum’at Yang Dirahmati Allah
Oleh karena itu, agar kita terhindar murkanya
Allah dan agar kita tidak dilupakan oleh Allah, sepatutnyalah kita meninggalkan
segala bentuk kemaksiatan yang dilarang oleh Allah dan kemuliaan
hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah swt serta selalu dzikir kepada-Nya. Semoga semua
termasuk dalam golongan orang-orang yang bisa terhindar dari maksiat kepada
Allah Swt, Amin Ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ عَظِيْمِ. وَنَفَعْنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلَايَةِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمَنْكُمْ تَلَاوَتَهُ
اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْم. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللَه الْعَظِيْمِ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتُ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتُ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُرُ الرَّحِيْمِ.